Kamis, 15 Mei 2008

Aliansi Mahasiswa Muhammadiyah Palembang Bersatu


Rakyat masih ingat dengan janji Presiden SBY pada November 2007 lalu yang tidak akan menaikkan harga BBM. Namun layaknya janji-janji politisi, tidak ada yang ditepati.Senin (5/5) lalu, melalui rapat kabinet terbatas bidang ekonomi, Presiden SBY melanggar janji dengan mengumumkan akan menaikkan harga BBM bersubsidi.

Naik nya harga Bahan bakar minyak di dunia internasional yang telah mencapai $ 120 / Barrel telah di jadikan alasan oleh Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan SBY - JK untuk menaikan harga minyak subsidi yang mencapai 30 % perliter yang akan berlaku pada tanggal 1 Juni 2008, menurut SBY – JK ketika harga minyak subsidi tidak di naikan maka APBN akan mengalami Defisit yang akan menyebabkan Negara mengalami keterpurukan karena tidak mampu memenuhi anggaran untuk menjalankan Roda pemerintahan dan tidak mampu mensejahterakan Rakyat Indonesia .

Namun kami melihat ini adalah suatu kebohongan yang dilakukan oleh Rezim SBY - JK karena sesungguhnya kenaikan harga BBM di dunia Internasional tidaklah akan terlalu berpengaruh terhadap APBN 2008 hal ini dapat kita lihat dan kita bandingkan antara anggaran APBN 2008 dengan APBN P 2008. Dalam APBN 2008, harga minyak mentah dipatok sebesar 60 dollar Amerika perbarrel, beban subsidi BBM berjumlah Rp 45,8 triliun, sedangkan Penerimaan Minyak Bumi (PMB) berjumlah Rp 84,3 triliun.Selanjutnya, dalam APBN-P 2008, harga minyak mentah dipatok sebesar 95 dolar/barrel.
Dengan asumsi ini, beban subsidi BBM meningkat menjadi Rp126,8 triliun, sedangkan PMB meningkat menjadi Rp149,1 triliun. Dari angka-angka tersebut dapat dilihat kenaikan harga minyak dunia tidak hanya berimbas pada bertambahnya subsidi namun juga bertambahnya pendapatan pemerintah.Disisi lain, beban pembayaran utang yang setiap tahun menyedot anggaran sekitar Rp.150 trilyun yang sesungguhnya berkontribusi menekan APBN. Beban pembayaran utang selalu lebih besar dari subsidi BBM. Dalam APBN-P 2008, jumlah subsidi BBM hanya Rp. 126,8 trilyun.
Pengurangan subsidi untuk bayar utang juga dinyatakan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, sekitar Rp. 15 trilyun dari penghematan subsidi digunakan untuk membayar utang luar negeri.

Kenaikan harga BBM saat ini bukan lah hal yang pertama yang dilakukan oleh rezim SBY – JK karena sebelum nya pada tahun 2005 SBY-JK telah menaikan harga BBM subsidi yang mencapai 100% untuk 1 liter nya,ini berdampak pada bertambahnya jumlah rakyat miskin yang ada di indonesia yang sebelumnya 15,97% pada Februari 2005 menjadi 17,75% pada Maret 2006,ini terjadi karena dengan kenaikan harga BBM akan diikuti juga kenaikan harga bahan-bahan pokok dan kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya,sedangkan penghasilan yang di dapat rakyat sehari-hari tidaklah bertambah jumlah nya walaupun telah di tambah Rp 100.000 / Bulannya melalui pencairan dana BLT ( Bantuan langsung Tunai ) yang dikatakan oleh pemerintah bahwa dengan BLT kenaikan harga BBM tidak akan berdampak bagi kehidupan rakyat miskin namun hal ini tidak lah terjadi karena pada kenyataan nya BLT hanyalah sebagai Peredam kemarahan masyarakat miskin terhadap kenaikan harga BBM,dan sebagai suatu cara yang dilakukan pemerintah untuk menjadikan rakyat indonesia semakin Bodoh.

propaganda yang di bangun oleh pemerintah bahwa dengan di tarik nya subsidi harga minyak bagi rakyat adalah jalan satu-satunya cara untuk menyelamatkan ambrok nya APBN karena beban subsidi yang di berikan Negara terlalu besar terhadap subsidi minyak, sebenarnya tidak lah benar karena menurut hemat kami Setidaknya terdapat 30 persen beban anggaran APBN yang harus dialokasikan untuk membayar cicilan utang dan bunga utang luar negeri. Selain itu, pemerintah juga masih bisa melipat gandakan pendapatan bila mau menghapus tax holiday(pembebasan pajak investasi) dan memperpendek masa assetrecovery bagi korporasi-korporasi asing.

Pilihan lain yang juga tersedia adalah restrukturisasi kontrak bagi hasil pertambangan, khususnya minyak dan gas,antara pemerintah dengan perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak dalam sektor perminyakan. Perusahaan-perusahaan seperti Caltex, Chevron, British Petroleum, dan Exxon Mobile Oil adalah imperialis-imperialis raksasa di sektor perminyakan yang tentu saja mendulang keuntungan yang sangat besar akibat kenaikan harga minyak dunia.
Keengganan pemerintah untuk merombak struktur bagi hasil pertambangan dan melulu hanya memilih kenaikan harga menunjukkan karakter pemerintah SBY-JK sebagai pemerintahan boneka yang bekerja untuk imperialisme.
Melihat dari hal ini maka kami dari Aliansi Mahasiswa Muhammdiyah Palembang Bersatu menyatakan sikap Bahwa :

1. Tolak kenaikan Harga BBM
2. Tolak Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) yang hanya di gunakan sebagai cara untuk membungkam gejolak di masyarakat atas kenaikan harga BBM dan Konflik antar sesama Rakyat ( Baca Horizontal )
3. Segera Nasionalisasikan Perusahaan perusahaan Pertambangan minyak dan gas yang ada di indonesia
4. Hapuskan anggaran Pembayaran Hutang Luar Negeri dari APBN
5. Turunkan SBY – JK dari kekuasaan sekarang juga karena tidak mampu untuk mensejahterakan Rakyat Indonesia.

Salam Pembebasan...!!!
Hadi jatmiko
Korlap

Tidak ada komentar: