Jumat, 04 November 2016

Munajat Revolusioner Allamah Ali Syari’ati


Tuhanku, bereskan akidahku dari cengkeraman kerumitanku
Tuhanku, kukuhkan aku dalam menghadapi akidah sesat
Tuhanku, jangan Engkau cegah perkembangan akal dan ilmuku, hanya karena terlalu fanatik, sentimental, dan “tercerahkan”
Tuhanku, cerdaskan fikiranku dan terangkan penglihatanku selalu, supaya aku tidak bertindak sebelum tahu benar-salahnya sesuatu
Tuhanki, jangan Engkau jadikan kebodohanku sebagai bulan-bulanan musuh untuk menjadi bumerang buat teman sendiri
Tuhanku, jangan Dikau jadikan “ego” yang kuhendaki seperti “ ego” yang mereka kehendaki
Tuhanku, jangan campur-baurkan perbedaan dalam raga”keksatriaan” , pikiran, dan hubungan, sehingga membuatku buta akan terpisahnya satu dan lainnya
Tuhanku, jangan Engkau jadikan aku kaki-tangan kaum lalim dengan hasut,dengki, dan kasak-kusukku
Tuhanku, bunuhlah, atau setidaknya, cabutlah egoisme dalam diriku, supaya aku tidak peduli dan tersiksa dengan egoisme orang lain
Tuhanku, anugerahkan padaku iman kepada “ketaatan mutlak”, sampai aku selalu merasa berada di alam “kemaksiatan mutlak”
Tuhanku, ajarkan padaku takwa dalam bentuk jihad, sehingga aku tidak pusing dengan padatnya kesibukan. Dan hindarkan dariku takwa dalam bentuk “kehati-hatian”, sehingga aku menghilang dalam pengasingan
Tuhanku, jangan Engkau masukkan hamba ke dalam kekebalan orang mewah. Melainkan karuniai aku etos yang kuat, tekad yang besar, dan kebingungan visioner. Berikan kepada hamba-hamba-Mu yang hina, kelezatan. Tetapi berikan padaku derita-derita yang memuliakanku
Tuhanku, jangan letakkan pikiran dan perasaanku di peringkat yang mengikuti kelihaian-kelihaian yang rendah dan kehinaan-kehinaan yang menyakitkan, yang datang dari orang-orang semi manusia (pseudo-human beings). Aku utamakan diriku, wahai Tuhanku, menjadi “raksasa tertipu”, ketimbang “ cacing penipu”
Tuhanku, bereskan aku dari empat penjara besar manusia: alam, sejarah, masyarakat, dan ego, supaya sebagaimana Engkau, wahai Sang Pencipta, menciptaku aku akan ciptakan diriku
Tuhanku, aku tidak mau menyesuaikan diriku pada lingkungan layaknya binatang. Tapi, aku ingin menyesuaikan “lingkungan” dengan diriku di mana pun
Tuhanku, nyalakan api “keraguan” yang suci dalam dadaku, agar semua “kepastian’ yang telah ditanamkan orang lain kepadaku terbakar habis. Namun, ketika debu-debunya telah bertebaran menghilang, tersungginglah senyum kasih sayang di permukaan dua bibir “fajar keyakinan” yang tak berbercak sedikitpun
Tuhanku, jangan jadikan hamba butuh akan mimikri (meniru) dan taklid, supaya aku dapat menghancurkan matriks-matriks warisan leluhur maupun klise-klise yng kebarat – baratan. Biarkan mereka membisu. Biarkan aku sendiri berbicara!
Tuhanku, cabutlah sifat nerimo dan nun inggih dari bangsaku. Dan berikan sifat-sifat itu pada hamba
Tuhanku, hancurkan akal bulus yang tidak mengarti apapun kecuali logika manfaat dan yang menjerat kepak-kepak sayapku untuk terbang hijrah dari modus being atau status quo ke modus becoming atau mi’raj. Ya Allah! Hancurkanlah ia dengan berkas-berkas kobaran rindu yang menjilat-jilat dengan cepat dalam batinku!
Tuhanku, hindarkanlah aku dari persahabatan atau permusuhan dengan jiwa-jiwa nista dan kerdil untuk melestarikan jiwa-jiwa besar Gilgamesy sampai Sartre, Lopi sampai ‘Ain al-Qudhat, dari Mehraweh sampai Rozas yang berpuncak pada jiwa agung Imam Ali
Tuhanku, segala puji bagi-Mu, atas perkenan-Mu menjadikan kedunguan sebagai musuhku. Sungguh, nikmat itu, tidak akan Kau berikan kecuali kepada hamba-hamba-Mu yang dekat dengan-Mu
Tuhanku, jangan jadikan hamba sasaran orang-orang lalai dan lupa daratan
Tuhanku, tambahkan ikhtiar, pengetahuan, perlawanan, ketidakbutuhan, kebingungan, kesendirian, pengorbanan, dan kelembutan rohku
Tuhanku, tolonglah hamba-Mu iniuntuk dapat membangun masyarakat atas tiga pilar berikut; Wahyu, Al-Mizan (keseimbangan), dan Al-Hadid (besi). Ya Allah, buatlah kalbuku terang benderang oleh kebenaran, kebajikan, dan keindahan
Tuhanku, peringatkan daku selalu dengan ilham-Mukepada Rousseau: “jika aku adalah musuh-Mu dan musuh akidah-Mu meskipun begitu aku mengorbankan jiwaku untuk kebebasan-Mu dan akidah-Mu”
Tuhanku, obatilah rakyatku dari wabah “tasawuf”, agar mereka kembali kepada kehidupan dan kenyataan. Tetapi, sembuhkan aku dari kebodohan hidup dan penyakit “neorealitas”, agar aku dapat mencapai kesempurnaan spiritual dan kebebasan mistis
Tuhanku, ajarkan kepada para pemikir yang menganggap ekonomi sebagai dasar utama, bahwa ekonomi itu bukan tujuan. Dan ajarkan kepada agamawan yang menuju “kesempurnaan”, bahwa ekonomi itu juga dasar
Tuhanku, ngiangkan di hati para cendekiawan ucapan yang pernah Kau luncurkan dari mulut Dostoyevski: “jika Tuhan tiada, maka segala suatu akan menjadi metafora”
Alam akan menjadi tak bermakna, hidup tak bertujuan, dan manusia bingung tak karuan dan tak bertanggung jawab, bila tak disertai Tuhan disisinya
Tuhanku, jadikan aku tidak punya (fakir) dan tak ingin (zuhud) di hadapan apa saja yang menghancurkan rasa malu
Tuhanku, jangan kau lemparkan aku ke dalam kebingungan antara memilih “kebesaran”, “kedurhakaan”, “kepahitan” dan “kemewahan”, “ketenangan”, dan “kelezatan”
Tuhanku, ilhamkan kepada mereka yang Kau cintai :”Sesungguhnya cinta lebih mulia dari hidup.” Dan rasakan kepada mereka yang lebih kau cintai:”bahwa sesungguhnya ekstase lebih daripada sekadar cinta!”
Tuhanku, berikan kesanggupan padaku untuk berusaha dalam kegagalan, bersabar dalam keputusasaan, berjalan ke depan tanpa teman, jihad tanpa senjata, amal tanpa pamrih, perjuangan dalam kesunyian, agama tanpa kehadiran “dunia” dan “orang-orang awam”, keagungan tanpa kemasyhuran, perkhidmatan tanpa mencari sekerat roti, iman tanpa pengaruh riya’, kebajikan tanpa unsur kemunafikan, keberanian yang matang, kepantangkalahan yang tidak tertipu diri, ‘isyq yang tidak maniak, kesendirian ditengah manusia, dan cinta tanpa kenal sang kekasih
Tuhanku, jangan karuniai daku keutamaan-keutamaan yang tidak bermanfaat bagi manusia!
Tuhanku, hindarkanlah daku dari kebodohan yang liar dan merusak dan yang dapat menghilangkan cita rasa yang kudus, gerakan menuju ke jarak yang terjauh, tatapan serang lapar dan kulit yang membiru akibat sabetan rotan
Tuhanku, berikanlah para orang suci besar yang telah lama berkutat dalam pengasingan ibadah yang suci, ilmu, dan seni, kesempatan untuk membunuh diri mereka, agar melihat bahwa, selain mereka, ada dunia yang bermakna dan bahwa dunia itu tidak sebesar daun bidara. Dan juga supaya mereka mengerti bahwa kadar alam yang bermakna dan bernyawa ini tidak sebatas atom atau sebatas apa yang di benak para orang suci yang bertopeng atau para penipu yang sok suci. Selain itu, bebaskan mereka semua dari pikiran sempitdan kekanak-kanakan. Berikan kesempatan itu kepada mereka, sampai mereka benar-benar menyadari bahwa tak sedikitb pun ada kesia-siaan atau absurditas di alam ini. Karena tak ada sekecil apa pun kesalahan pada pena penciptaan Ilahi
Tuhanku, katakan pada Sartre: jika “dewa kebaikan” itu adalah diri kita sendiri, maka apa makna itikad baik (le bon sens) yang dijadikannya sebagai norma etika?
Tuhanku, katakan kepada para materialis: bahwa manusia bukan pohon yang hidup dalam alam, sejarah, dan masyarakat tanpa kesadaran
Tuhanku, ajarkan pada rakyatku bahwa jalan menuju-Mu berpusat di bumi. Dan berikan daku petunjuk tentang jalan paling cepat menuju-Mu
Tuhanku, kepada para agamawan, talkinkan ajaran bahwa manusia dari tanah. Fenomena material dapat menafsirkan Tuhan sebaik tafsiran yang berasal dari fenomena metafisik. Wujud Allah di dunia dan di akhirat itu identik
Dan Tuhanku, talkinkan kepada mereka bahwa agama yang belum melampaui cakar ajal, maka hidupnya takkan bermanfaat dan setelah mati pun bernasib sama
Tuhanku, siapakah orang kafir? Siapakah orang Muslim? Siapa orang Syi’ah? Dan siapa orang Sunni itu? Apakah kiranya batas-batas yang membedakan mereka satu sama lainnya?
Sungguh aku menanti datangnya hari penyucian pemahaman dan pengetahuan tentang agama di satu-satunya negeri Islam ini (Iran). Sehingga seorang “juru bicara resmi agama” kita dapat memotret Fathimah seperti bidikan Sulaiman Katani, seorang dokter beragama Kristen; memotret Imam Ali seperti seorang berabama Kristen, DR. george Jordaq, memotretnya. Menangkap Ahlulbait seperti riset si Katholik, Massignon. Mengerti Abu Dzar seperti dalam tulisan Abdul Hamid Judah as Sahhar. Mengurai Al-Quran seperti dalam terjemahan Blache’re, seorang pendeta resmi gereja. Atau dapat berbicara tentang Nabi kita, Muhammad, seperti Maxim Rodinson, seorang peneliti beragama Yahudi
Seperti juga saya berharap, suatu saat nanti, Islam dan para pendukungnya serta para penegak Wilayah yang resmi dapat bersama-sama menerjemahkan karya orang-orang kafir yang resmi itu
Namun bilamana yang memandang Imam Husain-sosok imam pembawa bendera sejarah yang berwarna merah dan contoh mukjizat manusia-adalah orang-orang licik yang ketika bau kematian tercium, seketika itu pula memelas kepada para algojo dan meminta seteguk air, bila orang dengan kepribadian seperti itu yang memandangnya, maka rusaklah semuanya
Bilamana orang-orang seperti mereka yang memandang Imam Ali simbol kemuliaan, keramat, dan keluhuran, dan yang ketajaman lidahnya menyamai pedangnya (mereka akan memandangnya) sebagai orang yang lemah, penakut, dan maju mundur, sehingga sedikit saja rasa takut menyentuh beliau, maka beliau pun akan membai’at orang-orang zalim dan mendekati para perampas hak khilafah
Imam Ali adalah orang yang tak kenal takut. Dia tidak pernah ingin mendekati orang-orang yang merampok hak khilafahnya, mengikuti mereka, menjadi anggota Parlemen Saqifah, dan memberikan haknya kepada orang lain yang tidak akan selayak dan sepatut dia dalam memegang tampuk kepemimpinan. Ketika rasa takut mencekamnya, tidak lantas Imam Ali mau mengawinkan putrinya kepada si perampas hak yang telah menyakiti istrinya sendiri, Fathimah
Fathimah, kata rasul, adalah salah satu dari empat wanita dalam sejarah yang paling istimewa. Dia adalah kiblat wanita sedunia. Dialah yang kedua tangannya pernah dicium Rasuldengan penuh rasa hormat. Dia adalah istri sekaligus sobat tercinta Ali. Fathimah juga putri semata wayang Rasulullah.Dia juga wanita yang telah mendidik Husain dan Zainab. Merekalah, orang-orang yang memandang Fathimah sekadar sebagai perempuan yang sering mengutuk, putus asa, tersedu-sedu selalu oleh tangis akan apa yang menimpa tulang punggungnya atau akan tanah yang dicuri pemerintah, merekakah Syi’ah itu?
Apakah mereka, yang memandang Zainab hanya sekedar sebagai orang yang antannya patah dan lesungnya hilang akibat kematian kakaknya, Husian bin Ali, itukah orang-orang Syi’ah?
Adalah Zainab perempuan yang, ketika melihat kakaknya terbujur kaku, malah bersegera pergi untuk mengumumkan revolusi penuh berkahnya
Dia bukan wanita yang diceraikan suaminya supaya lebih leluasa dalam menjalankan tugasnya sebagai peniti jalan jihad, seperti kata sebagian orang Syi’ah
Zainab, wanita yang manakala melihat seorang syahid tak dikenal, segera dia menangis, memukul dadanya, dan berduka cita untuknya. Tetapi ketika si Syahid itu adalah anaknya sendiri, dia tidak menangis, mengerang, ataupun memukul dadanya. Seolah dia mengharapkan pertikaian ini hanya menumpahkan darah keluarganya dan tidak selain mereka. Dialah perempuan suci yang dalam perjalanan pulangnya dari Karbala, dalam keadaan tubuhnya terikat erat oleh tali panjang, dia tetap mengumandangkan seruan-seruan ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Gema seruan itupun mengguncangkan istana para pengkhianat dan bumi tempat para tiran berjalan-jalan. Dialah macan betina yang mengungkapkan epos (cerita kepahlawanan) dan meneteskan semangat juang kepada para pahlawan wanita lainnya dalam iring-iringan para wanita masa depan. Dia bukan wanita sembarang wanita yang mengeluh, menangis, dan meraung-raung karena kematian kakaknya, Husain bin Ali
Apakah orang-orang yang memandang Zainab sekadar sekadar seperti wanita yang kehilangan arahtujuan ketika melihat kakaknya terbujur kaku sebagai syahid itu dapat disebut orang Syi’ah? Syi’ah Ali? Para pengikut Ahlul bait? Satu-satunya umat yang mengikuti jalan kebenaran? Atau, katakanlah, satu-satunya umat yang mengenal Ali dan keluarganya dengan baik melalui sunah dan sumber hakikat? Apakah mereka orang-orangnya?
Dan Dr. Bintus Syathi; seorang penulis yang telah mendedikasikan semua umurnya untuk menulis cerita tentang para wanita Ahlulbait dan seorang yang mengatakan dirinya hidup dalam keluarga itu, tetap kita anggap Sunni?
Dan Blache’re, seorang juru dakwah Kristen, yang telah meluangkan empat puluh tahun hidupnyauntuk meneliti dan menerjemahkan AL-Quran dan pada akhirnya kedua matanya buta karena mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an . atau Massignon, lautan ilmu yang telah menghabiskan 27 tahun usianya untuk menulis biografi Salman Al-Farisy. Dan lebih separo dari seluruh hidupnya dia sempatkan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen, karya-karya dan rujukan-rujukan baik yang berbahasa Arab, Persia, Turki, Latin, atau bahkan yang berbahasa Mongolia untuk menulis biografi yang membicarakan kepribadian dan pengaruh Fathimah dalam sejarah bangsa-bangsa setelah wafat beliau
Apakah Massignon, seorang yang penuh antusiasme ketika berbicara tentang mistisisme Islam, Fathimah, Salman ini seorang atheis?
Tuhanku, tunjukkan daku cara Engkau “melihat perkara”. Atau bagaimana Engkau menghukumi
Apakah Syi’ah itu cinta terhadap “nama-nama”? Ataukah mengenali teladan-teladan dan pola-pola dasar? Apakah mungkian ia adalah sebentuk pengenalan biografis?
Tuhanku, anugerahkan padaku hidup yang ketika mati tiba di saat yang berbuah apapun, aku tidak menyesalinya. Berikan aku hidup yang tidak kusesali penyia-nyiaannya
Tuhanku, gariskan jalan hidupku. Agar ketika ajal tiba, aku dapat menggariskan jalan matiku sendiri. Biarkan aku yang memilihnya, asalkan kau meridhainya
Tuhanku, berikan aku keselamatan di tengah bencana besar penyakit kebodohan yang terlupakan karena telah menyerang semua orang. Bahkan setiap orang yang belum menderita pun, tampak sakit. Tuhanku, selamatkan aku dari penyakit “menyembelih hakikat di pejagalan syari’at.”
Tuhanku, jangan jadikan imanku terhadap Islam dan cintaku kepada Ahlulbait, seperti iman para pedagang agama yang fanatik dan reaksioner. Supaya kebebasanku tidak tertawan oleh kerelaan “orang awam”, agamaku terkubur di balik gengsi keagamaan dan aku menjadi peniru para peniru. Dan pada gilirannya, aku tidak akan berbicara tentang apa yang aku anggap benar, hanya karena orang lain menganggapnya tidak baik
Tuhanku, aku tahu bahwa Islamnya Nabi-Mu telah dimulai dengan “tidak”. Dan aku pun tahu bahwa syiah imam pilihan-Mu, Ali bin Abi Thalib, juga diawali dengan “tidak”!
Tuhanku, jadikan aku “kafir” terhadap “ Islam ya” dan “Syiah ya”!
Tuhanku, ingatkan daku selalu akan tanggung jawab menjadi Syi’ah. Yaitu menjadi seperti Ali. Hidup seperti Ali. Mati seperti Ali. Menyembah seperti Ali menyembah. Berfikir serupa dengan fikiran Ali. Berjihad sepertinya. Beramal seperti beliau. Berbicara seperti beliau. Berdiam diri seperti Ali. Itu semua yang sebatas kemampuanku saja. Ingatkan aku selalu untuk mencari “ego” yang mirip Ali dalam jiwa yang multidimensional; dewa bicara di mimbar, dewa penyembah di mihrab, dewa pekerja di bumi, dewa kesaktian di medan laga, dewa kelembutan di hadapan Muhammad, dewa penanggung jawab dalam masyarakat, dewa pena dalam tulisan di Nahj al Balaghah, dewa Mukmin dalam segenap kehidupan, dewa pengetahuan dalam Islam, dewa revolusi sepanjang sejarah, dewa keadilan dalam pemerintahan, dan dewa kebapakan dan pendidikan di dalam rumah tangga. Meskipun demikian, dia tetap salah seorang hamba Allah!
Tuhanku, jadikan hamba seorang Syi’i yang bertanggung jawab dan setia terhadap ideologi, persatuan, dan keadilan yang merupakan tiga sila Imam Ali dalam kehidupan, setia kepada kepemimpinan dan persamaan yang merupakan agama beliau, dan setia kepada pengorbanan semua keuntungan demi jayanya kebenaran yang telah menjadi sikap hidupnya
Tuhanku, mereka memuji dan mengagungkan Imam Ali sampai seperti Tuhan. Tetapi, kemudian mereka meletakkannya sebagai orang yang bertentangan dengan syari’at dan membai’at para pengkhianat karena takut. Mereka para munafik yang bergabung dalam Wilayah penindas, lantas mengklaim mendapat berkah dengan Wilayah Imam Ali. Sampai hari ini, mereka belum terbebas dari kurungan mesin propaganda dinasti Umawi dan Abbasi. Mereka mencapai revolusi, kebebasan, dan sosialisme, tetapi mereka tetap bukan orang-orang yang paham benar akan Imam Ali, Husain, dan Abu Dzar!
Tuhanku, berkahi aku, supaya agama tak membuatku populer dan tak menyumbangkan roti buatku
Tuhanku, kuatkan daku untuk dapat berjuang dengan popularitas dan roti-rotiku demi agamaku di antara orang yang mencari popularitas dan roti dari agama mereka. Jadikan aku dalam barisan orang yang memeras dunianya demi agamanya, dan tidak menguras kas agamanya untuk menambah tabungan bank dunianya
Tuhanku, segala puji selalu kupanjatkan untuk-Mu. Karena, semakin keras aku melangkahkan kakiku ke depan dalam meniti jalan-Mu dan misi-Mu, semakin banyak orang yang seharusnya berbaik kepadaku, berbalik memusuhiku; mereka yang seharusnya menemaniku, malah menghalangi jalanku; mereka yang semestinya mengakui kebenaranku, sekarang mendustakanku; mereka yang seharusnya menggandeng kedua tanganku, malah menampar mukaku; mereka yang seharusnya bersama-sama menyerbu musuh denganku, berbalik menyerangku bersebelahan dengan para musuh; aku melihat orang-orang yang seharusnya menangkal propaganda asing yang beracun bersamaku dan memuji, menambah kekuatan dan motivasiku, kini malah sama-sama mencela, memaki, membuatku putus asa, dan menuduhku yang bukan-bukan agar aku tidak lagi berjalan menuju-Mu. Jadi, sekarang sampai dengan seterusnya, harapan tunggalku adalah Dikau , ya Allah! Penglihatanku yang terjauh pun hanya akan dipenuhi oleh-Mu. Dan ketika bersama-Mu, aku tak kan menganggap selain-Mu sebagai teman. Supaya tugasku terhadap-Mu jelas, dan tugasku terhadap diriku sendiri terjelaskan, ya Allah!
Tuhanku, rasakan untukku manisnya ikhlas, sehingga rasa manis lainnya yang pernah kurasakan dapat menghilang!
Ya Allah, berikan keikhlasan padaku! Keikhlasan!
Tuhanku, aku tahu agar hidup dan bercinta, keindahan dan kebajikan menjadi mutlak, betapa seseorang dituntut untuk ikhlas! Dan akupun tahu betapa mudah keikhlasan menjadikan keberadaan nisbi ini; onggokan hajat, kelemahan, petaka, was-was, kebutuhan, cita-cita, kehilangan, keriangan, dan kesedihan relatif yang telah mengepung keberadaan manusia; bongkahan bangkai yang sewaktu-waktu dapat berubah menjadi serigala, rubah, ulat, dan cacing ini. Di hadapan semua itu, kekuatan keikhlasan melalui revolusi besarnya, yang dapat berupa zikir atau kasyf yang telah meliliti manusia yang rendah hati dengan kerendahan hatinya di hadapan Tuhannya, menjadi manusia yang bercampur dengan sifat-sifat ketuhanan. Revolusi itu adalah bentuk penentangan dan perlawanan atas selain Allah; penyerahan integral terhadap Allah, yang dapat mengangkat manusia untuk memahami hakikat mutlak Cahayawi yang menyebar dalam fitrah manusia. Kemudian dengan sikap mirip Budha yang ‘tidak butuh’ dan ‘tidak punya’, dan karenanya, ‘tidak bergantung’, dia akan menjadi “abstrak” dan “sendirian” ( solitude). Dan dia pun akan dapat melampaui Budha. Bilamana kedua tali ‘tidak memiliki’ dan ‘tidak menginginkan’ terus dipegang manusia, dia akan tiba-tiba menjadi wujud yang merefleksikan keberadaan Ilahi di dalamnya, dan menggali tabiat kemanusiaanya yang paling dalam. Saat itu, manusia akan merasa bebas, bersih, ringan, suci, terjaga, kudus, abstrak, murni, dan kaya karena telah mencipta dirinya dengan dirinya sendiri secara lengkap. Ketika itu juga, dia telah mencapai puncak mi’raj dalam “kesendirian”. Maka, “ego” yang bohong, semu, dan dusta yang selama ini menjadi kuburan bagi bangkai “ego” penyaksi, jujur, indah, tersembunyi, dan tertutup ini, akan putus dan hancur, bahkan sirna sama sekali
Dengan zikir, jihad besar dan ‘meninggalkan tubuh sebelum mati’, manusia telah melalui hijrah dari status quo dirinya. Dia telah memulai hijrah dari modus being ke modus becoming; mencapai keikhlasan, wujud sejati pada manusia, dan kesucian mutlak! Dia menjadi termurnikan untuk-Nya dan demi Dia saja. Betapa baiknya para etimolog dan para penafsir Al-Qur’an Iran beberapa tahun silam telah mengartikan ikhlas dengan kesatuan, kesendirian, ketunggalan, dan individuasi. Ya, kesendirian dan ketunggalan
Ketika itu, hamba yang khusyuk ini menjadi citra Ilahi di Bumi, teman tanah ini telah berteman dengan kehadiran Ilahi, ketika itu dia akan benar-benar menyendiri dan manunggal dengan Teman Sejati dan hakikatnya; dia akan “lebih hidup” ketimbang hidup itu sendiri, dan lebih serius, kuat, dan kukuh ketimbang kebahagiaan itu sendiri
Semua hajat dan rasa takut, ketamakan, pembenaran dan penyalahan, bahaya dan rasa aman, keterancaman, keuntungan dan kerugian, persahabatan dan permusuhan, pujian dan kutukan, kegagalan dan keberhasilan, senang dan dukanya, yang mirip dengan serigala dan serangga-serangga pemakan yang garang, telah menjadi mainan yang paling tidak berharga baginya
Manusia ini menjadi “pulau” di lautan wujud yang tidak berhingga; sendirian dan mandiri. Empat arah mata angin pulau ini telah dikelilingi dan dibentengi dengan pagar beton “ego” yang solid. Gelombang ombak takkan pernah berani mengancamnya, dan ia pun takkan pernah butuh akan partai untuk menyelamatkan diri. Dia layaknya bunga teratai (nelumbium nelumbo) yang tumbuh dalam lumpur dan bermekaran dalam air, tanpa sedikitpun layu karena kekenyangan. Seperti halnya terik matanari memekarkan dan menumbuhkembangkan bunga-bunganya, ia pun menyerap sinarnya!
Dan sekarang, daialah seorang diri yang mampu terus hidup; hidup dengan “gizi” akidah dan “anggur” jihad, dan mati sebagai syahid seindah dia hidup sebagai orang bebas dan lurus
Itu semua, karena dia seorang Syi’i, bukan seorang “sufi”. Dia seorang Muslim, bukan Buddhis. Dia tidak hanya berhenti di pendakian abstraksi, tetapi kembali lagi meluncur ke bumi dan masyarakat untuk memikul tanggung jawabnya yang berat. Bukankah tanggung jawab yang berat itu yang disebut amanat?
Amanat adalah perbuatan melihat anak yatim yang dihardik, tawanan yang disiksa, orang kelaparan yang bersabar, massa yang mengukuhkan kezaliman, umat yang menanti penyelesaian, manusia yang dikorbankan demi kepentingan-kepentingan tidak wajar, zaman yang menunggu datangnya sang pahlawan, dan segala hal-ihwal yang lalu-lalang di muka bumi
Pembawa amanat adalah seorang yang mudah dipenggal, biasa disiksa, akrab dengan nestapa, dan tidak asing dengan kematian! Dia mati tidak seperti Al-Hallaj; mati sebagai orang suci, tetapi akibat perkara yang tak berarti. Kematiannya, seperti Imam Ali. Kematian yang penuh ridha Allah, karena bermanfaat bagi sekalian hamba-Nya!
Oleh sebab itu, Imam Husain, di senja hari yang berwarna merah oleh cucuran darah sahabat-sahabatnya, pergi untuk berhias dengan kesyahidan. Seraya terus mencium semerbak wangi bau darahnya, tiba-tiba saja perasaan girang dan rindunya untuk menjemput kematian bergetar dengan hebat. Para musuh yang buta pun kemudian bertanya dengan penuh keheranan, “Wahai putra Ali bin Abi Thalib, apakah engkau seorang mempelai pria yang akan melangsungkan pernikahanmu?” imam Husain dengan lantang dan penuh rasa menang menjawab, “ Ya!” mereka membantu Imam Husain dengan mempersiapkan mempelai wanita. Dan mendadak kedua mempelai pun berjumpa. Mempelai prianya bernama Husian bin Ali, dan mempelai wanitanya bernama kesyahidan. Maka, berlangsunglah pernikahan yang telah dinanti-nanti si mempelai pria dengan keriangan yang tak terlukiskan
Ali pun seperti itu. Secepat kilat beliau merasakan keringanan pundaknya yang telah lama ditunggangi beban amanat yang mampu mengguncangkan bumi, meruntuhkan langit, dan menerbangkan gunung-gunung, dengan tikaman pedang di bagian atas kepalanya. Di saat itu, Imam Ali seakan mendapat berita gembira yang sejak semula beliau tunggu dengan penuh rindu
“Fuztu wa Rabbil ka’bah” (“Demi Penjaga Ka’bah, aku telah menang”)
Tuhanku, ikhlaskan daku; dalam hidup, dalam bercinta dengan kesendirian, dan dalam kemanunggalan (tawahhud)!
Tuhanku, kau telah mengaruniai anak Adam dengan kemuliaan (karamah), kemudian kau berikan amanat kepada mereka. Kau utus para nabi untuk mengajarkan kitab-Mu kepada mereka, menegakkan keadilan di bumi, dan memperjuangkan ‘izzah (kejayaan) bagi-Mu dan para nabi-Mu serta bagi semua kaum Mukmin
Sesungguhnya, kami beriman kepada-Mu dan risalah para nabi-Mu. Kami tak lebih dari tebusan buat para tawanan, buat kebodohan, dan buat kehinaan
Wahai Tuhan para hamba tertindas! Engkau telah merestui kaum tertindas; para fakir miskin, para tawanan sejarah dan korban-korban kezaliman dan keganasan sang zaman yang hidup di neraka dunia, yakni masyarakat Dunia Ketiga, untuk mengendalikan tampuk kekuasaan dunia mereka sendiri. Kini, saat kemenangan mereka sudah harus datang. Kini, sudah saatnya Dikau memenuhi janji-Mu kepada mereka
Wahai Sang Simbol Kecemburuan! Di bumu-Mu ini, hanya merekalah yang kini benar-benar menyembah-Mu!
Tuhanku, bukankah Engkau yang menyuruh semua malaikat besujud kepada Adam. Tengoklah kini, anak-anak Adam, hendak bersembah sujud di hadapan super-powers dunia
Tuhanku, bebaskan mereka dari berhala-berhala zaman sekarang yang mereka sembah bersama, padahal kita sendirilah yang memahatnya. Berilah mereka kebebasan ibadah. Yakni ibadah kepada-Mu sendiri
Ya Rabb! Mereka yang kafir atas ayat-ayat-Mu, yang membunuhi para nabi-Mu dengan sewenang-wenang, dan yang menjegal para pejuang keadilan dan emansipasi, masih terus berkuasa di alam
Tuhanku, Engkau telah menjanjikan azab atas mereka, maka biarlah itu menjadi nasib mereka sekarang juga
Tuhanku, anugerahkan rasa tanggung jawab kepada alim ulama kami, pengetahuan kepada orang-orang awam kami, pengertian kepada para fanatik kami, dan fanatisme kepada para moderat kami
Berilah pada para gadis kami kesadaran dan pada para lelaki kami kehormatan
Cerahkan visi (bashirah) sesepuh kami dan tumbuhkan otentisitas para muda-mudi kami
Kukuhkan akidah para murid dan guru kami. Bangkitkan orang-orang lalai di antara kami dan bulatkan tekad orang-orang yang telah bangkit di antara kami
Munculkan hakikat kepada juru dakwah kami dan hadirkan “agama” kepada para agamawan kami
Utuhkan komitmen dan tujuan para penulis kami
Biaskan “kepedihan” kepada para seniman kami dan rasa kepada para penyair kami
Besarkan harapan mereka yang putus asa
Pulihkan kekuatan orang-orang papa kami
Berikan bantuan kepada para makzul kami dan ketegakan kepada para pejabat kami
Lajukan gerakan mereka yang berdiam dan hidupkan “mayat-mayat” kami
Melekkan mata orang-orang buta kami dan berikan kemampuan berteriak kepada mereka yang membisu di sekitar kami
Jelaskan Al-Qur’an kepada kaum Muslim dan datangkan Ali di hadapan orang-orang Syi’ah
Kembangkan semangat kesyi’ahan (tasyayyu’)(baca: kesendirian[tawahhud]) kepada kelompok-kelompok lain
Percepat kesembuhan para penghasut kami dan kejujuran para penipu kami
Ajarkan sopan santun kepada para pendosa kami, kesabaran kepada mujahid kami, dan ketajaman pandangan kepada umat kami
Tuhanku, berikan bangsa kami militansi dan kesiapan untuk sebuah “ serangan balik”, “kemenangan”, “kejayaan”!
Wahai Penjaga Ka’bah! Jangan jadijan mereka yang siang-malam menuju rumah-Mu, hidup dan matinya berkiblat ke arahnya, dan bertawaf mengelilingi rumah Ibrahim-Mu, sebagai pampasan kebodohan syirik dan korban jerat-jerat tali Namrud!
Dan, engkau wahai Muhammad! Wahai Nabi kebangkitan, kebebasan, dan kekuatan! Rumahmu dibakar dengan api dan bumimu diterjang air bah dari arah barat. Umatmu telah lama sekali terbaring di “ranjang hitam yang hina”
Katakan pada mereka: “Qum fa andzir!” (“Berdirilah dan berikan peringatan!”) dan bangkitkan mereka dari tidur nyenyak berkepanjangan ini!
Adapun engkau, wahai Ali, wahai Haidarah, wahai orang Tuhan dan masyarakat, dan “dewa” pedang dan cinta, kami
kehilangan kecerdasan untuk memahamimu ketika pemahaman tentangmu mereka cuci dari benak kami sekalian. Hanya saja, bagaimanapun juga, relung batin kami tetap penuh dengan cinta yang membara kepadamu. Betapa mungkin cinta kepadamu akan lenyap dalam keadaan melodramatis yang membungkus masakini. Bisa-bisanya orang Yahudi yang teraniaya pergi bersimpuh di hadapanmu di masa pemerintahanmu, namun sekarang kaum Muslim pergi meminta bantuan kepada bangsa Yahudi. Dapatkah keduanya ini diperbandingkan?!
Wahai si pemilik pukulan lengan bawah yang lebih berat dari timbangan ibadah manusia dan jin, lakukan pukulan sekali lagi saat ini!
Dan kalian berdua, wahai wahai kakak laki-laki dan perempuanku (Husain dan Zainab), wahai yang tekah mengajarkan manusia bagaimana menjadi “manusia” dan membuat kebebasan, (bagaimana menjadikan) iman dan harapan menjadi “iman” dan “harapan”, dan yang memberi “bangkai-bangkai hidup”(bangkai orang yang mati syahid) menjadi tambah “hidup”!
Ya, kalian berdua telah membuat air mata bangsa ini (Iran) mengering oleh tangisan akan tragedi yang merundung kalian hari itu (Asyura). Tragedi yang kenangannya mencabik-cabik khayalan dan kekalutannya membuat hati kami histeris. Berapa bangsa kami menangis sedih akan apa yang menimpa dan sebagai tanda cinta kepada kalian. Bukankah bahasa cinta itu air mata?
Umat yang selalu demikian kepada kalian berdua ini, sekarang tercambuk rotan, terbantai secara massal, dan tertimpa bencana tak henti-henti. Meskipun demikian, cinta mereka yang tertoreh di lidah bertambah dalam dan yang tertancap di kalbu bertambah kuat. Cinta mereka kepada kalian semakin membara. Semua cambukan para algojo yang mendarat di punggung tau iga-iga mereka hanya melukiskan cinta dan kasih sayang mereka kepada kalian
Wahai Zainab, wahai bahasa Ali, bertuturlah di hadapan umatmu! Wahai dewi yang berdarah-dagingkan keberanian. Sesungguhnya wanita-wanita bangsa kami yang mabuk kepayang, cinta kepadamu, sekarang sangat memerlukanmu lebih daripada waktu-waktu sebelumnya
Tolong lepaskan pasungan kebodohan dan kehinaannya dari mereka semua dan bebaskan mereka dari penjara Barat yang munafik
Wahai Zainab, hindarkan dan sabarkan mereka dari proses “pengeledaian” dahulu dan sekarang, dan dari peninggalan-peninggalan bodoh yang dicekokkan di pikiran mereka demi kepentingan sebagian orang. Itu semua agar mereka dapat bangkit memporak-porandakan sarang laba-laba yang telah lama mereka dekami, dengan jeritan-jeritan yang membahana di kota kezaliman dan kedurjanaan, dan yang kemudian menggonjang-ganjingkan istana-istana para tiran dan durjana. Ajarkan mereka “ketetapan” (Shamd) di badai yang tak menentu ini. Perintahkan mereka untuk, menghancurkan “teknologi pembuat mainan-mainan berbahaya” yang melibatkan mereka di pasaran “hari-hari kosong” yang disodorkan kapitalisme untuk melampiaskan syahwat-syahwat kaum borjuis yang kotor atau untuk menjalankan “salon-salon amburadul” atau untuk menghidupi kaum hedonis dengan kehidupan yang sia-sia, kering kerontang, dan panas membakar
Kami ingin mereka bangkit dengan kepemimpinanmu, untuk memudarkan “ikatan tali-tali lama” dan membubarkan “pasar-pasar baru” sekaligus
Wahai bahasa Ali, wahai misa Husian, wahai pendatang dari Karbala dengan membawa sepucuk surat para syahid kepada telinga sejarah di tengah kebisingan koar-koar para algojo dan penghasut
Wahai Zainab, tuturkanlah pada kami, jangan bercerita tentang apa yang terjadi pada kalian di sana; tentang sahara yang tenggelam dalam lautan darah; dan tentang batas-batas kekejian yang mereka lampaui; atau tentang “hadiah” Allah yang paling agung, paling mahal, dan paling berharga yang pernah tercipta, yang Dia laksanakan penyerahanya di tepi-tepi sungai Efrat untuk kami semua dan sebagai jawaban untuk para malaikat mengapa dahulu mereka disuruh bersujud kepada Adam
Duhai Zainab! Ketepikan dan jangan ceritakan suasana apa yang terjadi pada para musuh atau para sahabat pada saat itu. Ya, wahai utusan Revolusi Husain, kami tahu bagaimana saat itu
Kami bersumpah bahwa telah kau tuntaskan misi Karbala dan para syahid! Kami bersaksi sesungguhnya tetesan-tetesan darahmu berbicara seperti tetesan-tetesan darah Husain berbicara!
Tetapi tuturkan, wahai kakak perempuan, tuturkan apa yang harus kami perbuat. Pegang tangan-tangan kami dengan kelembutanmu dan tunjukkan sesaat saja apa yang akan kami hadapi dan dengarkan permohonan-permohonan kami nanti
Wahai kakak perempuan yang penuh kasih sayang!
Tangisi kami semua, wahai utusan Husain yang jujur! Wahai dewi pendatang dari karbala dengan memikul tugas melayangkan surat para syahid ke seluruh zaman. Wahai gadis manis yang menyebarkan aroma kebun kesyahidan yang menyengat!
Sedang engkau, wahai Husain, oh… kalimat-kalimat apa yang mesti kuujarkan?
Tolong terangkan separo malam, cegahlah gelombang ombak yang mencekam, dan hentikan putaran gasing kehidupan yang mengancam
Wahai pelita jalan!
Wahai bahtera keselamatan!
Wahai pancaran darah yang mengalir dari gundukan pasir gurun ke seluruh masa, ke pasir yang butuh penghijauannya, ke tempat bibit-bibit subur mulai bermekaran, dan ke tempat segala pohon yang hidup dan muda memerlukan siramannya
Amboi, biarkan seberkas dari “cahaya” itu menerangkan gelap gulita tengah malam kami. Biarkan tetesan dari darah itu, menciprati darah beku kami. Biarkan jilatan dari “api” yang menyembur-nyembur itu membakar suasana dingin dan beku kami
Wahai dikau yang telah memilih “kematian berwarna merah” untuk menyelamatkan para pencintamu dari “kenikmatan berwarna hitam legam” dan untuk memberi kehidupan bagi umat, mewarnai gerak pelana sejarah, dan menghadirkan suasana panas, hidup, cinta, dan harapan kepada tubuh mati yang terkulai dengan setiap tetes darahmu!
Keimanan, bangsa, masa depan, dan pola dasar zaman kami benar-benar membutuhkanmu dan darahmu!
Wahai putri Ali!
Wahai kakak perempuan!
Wahai pimpinan kafilah para sandera!
Sertakan kami bersama mereka!
(nuqila min kitabi “Ad - Du'a” lil Allamah Ad-Duktur Ali Syari'ati Quddisa Sirruhu ) 

Kamis, 04 Agustus 2016

Tax Amnesty untuk orang Kaya(K) Tikus


Orang miskin di peras, yang kaya di Ampuni
Terlambat membayar pajak kendaraan bermotor. Kejadian ini terulang kembali,lupa mungkin inilah alasan yang tepat untuk kasus ini. Aku pikir jatuh tempo adalah pertengahan bulan kemerdekaan negara ini,ternyata tepat 1 agustus.
Berdasarkan pengalaman 2 tahun lalu setidaknya aku harus membayar denda setengah dari jumlah pajak kendaraan yang dibebankan. Ya, angka 2 diawal nominal biaya harus disiapkan, ditanya soal bagaimana rasanya? mungkin sama seperti rasa tikus ke injak lem di dapur, sakitnya minta ampun dan keju tidak bakal ada yang akan memberi dan menolongin mu. Apalagi kondisi saat ini,isi kantong lagi tipis dan nyaris kosong, tapi apalah daya sebagai warga negara yang baik dan ganteng aku harus membayarnya.
Disini kadang aku merasa emosi ketika teringat apalagi sampai melihat Gayus. Gila bro, uang yang dihasilkan dari perasan keringat jagung, diambil dan digunakannya seenak udelnya,enak kalo udelnya kecil. Udelnya besar bro, diameternya seukuran paha gajah. Kebayangkan gimana besar perutnya, kalo udelnya aja sebesar itu, Anjrit loh Yus. (yus panggilan akrab ku kepada Gayus)
30 tahun penjara untuk Gayus setelah Kasasinya di tolak oleh MA aku rasa ringan, dengan perbuatan yang sangat menyakiti para pembayar pajak atau seluruh warga negara republik Indonesia tanpa terkecuali miskin dan kaya. Mengapa seluruh rakyat indonesia? Karena hampir setiap hari kita dipaksa oleh negara untuk membayar pajak, baik yang kita sadari maupun tidak. Kalo yang kita sadari seperti kasus aku diatas, tapi yang tidak kita sadari  banyak kali. Pajak beli rokok, parkir, makan di kaki lima bahkan di restoran kaki seribu, semuanya nyaris di pungut pajak sampai dengan kegiatan di toilet pun kita dipungut pajak, namanya Pajak t*i.
Gayus harusnya tidak hanya di hukum kurungan, tetapi dia juga harus di miskinkan, semiskin miskinnya bahkan bila perlu jadikan dia orang termiskin di dunia. Tapi, tetap kasih dia pakaian untuk menutupi udelnya, jangan sampai kayak di film film *termiskin di dunia" versi tarzan xxx,akibat kemiskinannya sehelai benang pun tak mampu si tarzan dan pacarnya beli.
Sayang kasus Gayus hanya terhenti di gayus saja,tidak sampai kepada pemakai jasa gayusnya dan petinggi diatasnya. Bisa jadi sebenarnya pengembangan kasus gayus sedang berjalan (berpikir Positif) namun aku dapat pastikan kalo sekarang pasti terhenti, para pemakai jasa Gayus penjahat pajak sekarang tidak akan di pidanakan bahkan harapan dimiskinkan pun tidak akan terjadi lagi karena Pemerintah yang dipimpin Jokowi saat ini adalah Pemerintah yang “Maha Pengampun dan Maha Penyayang” tapi bagi mereka yang berduit. Tidak bagi loh bro yang miskin kotor jahat, muka robek robek, atau loh yang statusnya sebagai pekerja sosial.
Pemerintah telah keluarkan aturan terkait tax amnesty yang artinya : Wahai para pengusaha dan orang kaya (para orang miskin tidak wahai) Indonesia penjahat dan pengemplang pajak, ku ampuni segala kejahatan mu atas pajak yang tidak kau bayar selama ini dengan cukup mengucapkan penyesalan dan membayar sedikit uang dari kejahatan mu, K/L berlaku.(Terjemahan bebas). Dengan di keluarkannya aturan ini para Pengemplang pajak besar di persilahkan bersuka ria dan cita, silakan jika ingin berpesta kembang api atau kembang desa. Kalian tidak perlu takut lagi di "Gayuskan" semua proses hukum penyelidikan dan penyidikan telah di hentikan terhadap kalian. Karena berdasarkan wangsit dari negeri antah berantah, dengan aturan ini diterapkan Indonesia diyakini akan menjadi negara besar dan membuat kalian pulang ke indonesia membesarkan Nusantara. Tidak peduli jika ini sama dengan memberikan kesempatan untuk kalian mengulangi kenjahatan kalian lagi disini, iya disini di Indonesia. Negeri yang penegak hukum dan pengurusnya selalu mempraktekan pepatah "buruk rupa cermin di belah" dan menajamkan mata pisau yang dibawah tapi menumpulkan mata atasnya.
Gayus seandainya saat itu, saat kau menjadi pegawai negeri sipil aturan ini dikeluarkan maka kau tidak akan mendekam di penjara setidaknya ada peluang untukmu bebas, kau akan hidup senang seperti rekanan mu yang lainnya yang saat ini sedang Liburan ke hawai, makan bakso di amerika, tidur di singapura, eek di udara didalam pesawat pribadi. Kau menyesal yus? Pasti kau menyesal mengapa mereka yang dulu sangat ingin menjebloskan mu ke penjara sekarang malah menjadi pengampun bagi “rekan” mu yang lain. Kau menyesal mengapa kau sangat cepat sekali ditangkap. iya kan, Ngaku aje loh. Tapi salut jika masih ada penyesalan di dirimu karena orang yang menyesal adalah orang yang berpikir. Dan belum tentu pengurus negara saat ini akan menyesal seperti kamu, karena mereka mungkin tidak punya otak untuk berpikir, kepentingan mereka pragmatis hanya untuk hari ini.
Kerja, kerja, kerja. Ok, aku harus kerja dulu. Untuk mencari uang membayar pajak kendaraan bermotor dan dendanya.  Karena Tax Amnesty itu tidak berlaku untuk aku, dia dan kamu, iya kamu. Kamu yang duduk manis di samping ku yang sedang memandangku dengan kenangan.karena kamu bukan orang kaya(k) Tikus! Tauu.



Sabtu, 02 April 2016

Cinta, Kamu dimana?

Kalimat "Cinta Kamu dimana?" sering ku dengar bahkan sampai sekarang, biasanya kalimat ini akan terucap atau dikirimkan seseorang ke pacarnya melalui fasilitas SMS,WA atau fasilitas komunikasi lainnya, ketika suasana sedang galau dan sendirian sambil hisap rokok bersama kopi hitam tanpa gula. Jangan ditanya emang enak minum kopi tanpa Gula? sebab pasti akan ku jawab dengan pasti narsis "aku sudah terlalu manis jadi gak butuh gula". (Hadew..piring mana piring mau ku makan).
Cinta kamu dimana, Cuma 3 kata tetapi menunjukan banyak hal, ada khawatiran dan ada rasa rindu atau malah hanya mencari tahu si cinta lagi dimana. Bukan tidak ada tujuan sih, tujuannya jelas. agar ketika dia jalan dengan pacarnya yang lain, dia gak ketemu dengan si cinta di satu tempat yang sama, sehingga dia tidak ketahuan selingkuh.
Lagu Jar Of Heart terdengar sayup sayup tapi jelas keluar dari telpon ku. Ternyata sobat dari medan menelpon, menanyakan terkait teknis kegiatan yang akan dilaksanakan pertengahan bulan ini di Palembang, kebetulan aku sebagai ketua panitia dan juga sebagai pengarah di kegiatan Nasional ini. Sobat ini memberi tahukan mau buka warung kopi di acara ini nantinya, jadi dia nanya apa saja syaratnya..... tet... tet...( bunyi sensor) penasarankan dengan jawaban ku. Ya,sengaja aku sensor biar kamu, iya kamu, gak tahu syaratnya karena kalo tahu nanti jadi pesaing. haha colek pembuat kopi cantik dulu ah.
Bisnis warung kopi sepertinya saat ini memang menjanjikan, tapi menurut ku menjanjikan untuk konsumen belum tentu menjanjikan untuk penjual. Nah, jika ditanya alasanya apa sampe aku bisa menyimpulkan begitu, dengan cepat dan panjang  serta lebar langsung ku jawab. "Karena konsumen terkadang hanya membeli segelas kopi namun duduknya lama bingit Bro, apalagi jika dia hanya membawa satu orang temannya' Ya berarti cuma beli untuk 2 gelas dong.
Akan berbeda jika dia bawak temannya sekampung, kita bisa dapat untung banyak. Bayangkan, sekampung itu biasanya 400 KK kita hitung saja 1 KK dia ajak 2 orang, maka akan ada 800 orang, Artinya ada 800 gelas kopi yang mereka beli dari warung kita, dan jika harga satu gelas 3 ribu maka dalam satu malam kita bisa mengantongi uang 2,4 juta Rupiah. Bayangkan bakal jadi orang kaya mendadak deh. Apalagi jika orang sekampung itu tidak hanya beli kopi tetapi juga membeli teman- temannya kopi, seperti pempek, pisang goreng, mie goreng dan Teman akrabnya kopi yaitu gelas, maka sudah dipastikan rumah kamu akan seperti rumahnya Toming Se dalam film Meteor Garden, karena luasnya rumah membuat pembantu yang buat Kopi di dapur  dengan mengunakan air hangat mendidih, sampai di ruang tamu kopi tersebut sudah dingin haha. Gila loh Bro beli kopi pastilah pakai gelas Bro karena kopi tanpa gelas ibarat aku tanpa kamu. Cie.. cie. Sancai oi sancai ... di panggil Toming se
Malam makin larut dan kesunyian menerpa, ku teringat malam itu saat kamu dengan sabar menemani ku membuat draft siaran pers, terkait dokumen gugatan Negara kepada perusahaan pembakar hutan yang mana materi dan pasal yang digunakan pengugat tersebut sangat lemah, sehingga kita prediksi mampu melepaskan tergugat dari jerat hukum. Kita sempat berdebat saat itu tapi tidak panjang karena tiba tiba aku teringat permen ada di saku baju mu, debatpun kita selesaikan dengan makan permen bersama.
Kuangkat gelas kopi disamping laptop ku, ternyata kopi pun sudah dingin tapi bukan karena dapur yang jauh tapi karena sudah terlalu lama diangurin. Ku batalkan niat untuk meminumnya, Kupikir cukuplah dengan merokok. Tapi keinginan merokok pun terhenti karena ketika ku buka bungkus rokok yang ada di samping gelas kopi, ternyata Kotak rokok pun kosong. Lah kemana rokok yang baru saja aku beli? Berpikir keras dan diam sejenak untuk menginggatnya dan.... ya Sudahlah, sudah di kantongi seorang teman yang memang setiap datang kesini selalu meminta sesuatu yang biasanya berupa uang tapi malam ini dia datang minta rokok dan juga uang.
Ah..Kalah dua kali aku malam ini. ... Cinta Kamu dimana?.

SDA di Sumsel diduga menjadi Alat Transaksi Politik Kekuasaan


Hilangnya fungsi hutan dan akses masyarakat terhadap kawasan Hutan di akibatkan oleh banyaknya perizinan yang di berikan kepala daerah kepada pihak perusahaan, terlebih lagi banyaknya perizinan keluar ketika menjelang atau sesudah penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah. Hal tersebut diungkapkan oleh Walhi Sumsel bersama Auriga Nusantara dalam Diskusi bersama media massa yang dilaksanakan pada Jumat (29/8) di Kopitiam Senopati Jalan Thamrin Kambang Iwak Palembang.

“Dalam proses Pemilihan Kepala Daerah, Sumber Daya Alam (SDA) sering menjadi alat transaksi Calon kepala daerah kepada Pengusaha, untuk jaminan pemberian modal memenangkan Kandidat pada penyelenggaraan Pilkada” Kata Hadi jatmiko Direktur Walhi Sumsel.

Berdasarkan studi perizinan yang dilakukan oleh Walhi Sumsel bersama Auriga Nusantara ditemukan, bahwa keluarnya izin terhadap perusahaan yang bergerak di sector ekploitasi sumber daya alam Seperti Pertambangan dan Hutan tanaman Industri di Sumatera selatan, rata rata dikeluarkan menjelang Pelaksanaan Pilkada Propinsi.

Misalnya pada izin Pengelolaan kawasan Hutan di periode kepemimpinan Gubernur Syahrial Oesman, tahun 2003 – 2008.  Terdapat 8 izin usaha Pemanfaatan Hutan Kayu untuk Hutan tanamn Industri (IUPHHK-HTI) dengan total luasan 877.330 hektar. Ini merupakan luasan terbesar yang dikeluarkan pada satu periode kepemimpinan Gubernur dalam  25 tahun terakhir. Hal ini di karenakan pada periode kepemimpinan syahrial, belum ada batasan luasan pemberian izin untuk HTI

Selanjut pada periode 2008 – 2013 dibawah kepemimpinan Alex Nurdin sebagai Gubernur, dimana luasan pemberian izin telah dibatasi. Jumlah izin yang dikeluarkan meningkat, yang sebelumnya hanya 8 izin, pada periode ini ada 11 izin dengan luasan 326.084 Hektar.

“Periode Gubernur Alex Noerdin luasan Hutan yang diberikan izin lebih kecil dari periode Gubernur sebelumnya Syahrial oesman, namun merupakan pemberian izin terbanyak dalam 25 tahun terakhir.” Kata Supintri Koordinator Auriga Nusantara untuk wilayah Sumbagsel.

Tidak menutup kemungkinan jumlah perizinan HTI ini akan bertambah pada periode kedua kepemimpinan Alex Noerdin ( 2013-2018), mengingat rekam jejak kepemimpinannya selama menjadi Bupati Musi Banyuasin,  Alex Noerdin sangat berperan terhadap keluarnya izin-izin IUPHHK-HTI di Kabupaten tersebut.

“Dugaan kami izin izin HTI ini akan kembali dikeluarkan, apalagi Sumsel saat ini sedang membangun Pabrik Pulp dan Mills terbesar di Asia yang berkapasitas 2 Juta ton/tahun di kabupaten Ogan Komering Ilir”. Kata Hadi Jatmiko

Selain dari sektor kehutanan, penguasaan dan eksploitasi kawasan hutan juga dilakukan oleh  perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan dan tambang. Banyak kawasan hutan yang di kuasai melalui mekanisme pinjam pakai, penurunan fungsi atau pelepasan kawasan hutan.

Seperti pada kawasan hutan produksi dapat di konversi (HPK) di Sumatera Selatan yang luasnya   431.445 hektar,  namun berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2013 kawasan hutan di Sumatera Selatan  yang telah dilepaskan menjadi areal perkebunan mencapai 847.143 hektar.

“Hal ini Janggal walaupun prosesnya legal adanya pelepasan kawasan hutan, namun kawasan hutan yang dilepaskan untuk perkebunan melebihi dari wilayah yang diperuntukan untuk perkebunan” Kata Supin menerangkan.

Kejanggalan lain terdapat disektor pertambangan, dimana 801.160 hektar IUP yang dimiliki oleh 191 Perusahaan diberikan diatas kawasan hutan, baik itu didalam hutan konservasi,hutan lindung  maupun hutan produksi (Planologi kehutanan, 2014)

Berdasarkan studi yang dilakukan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) di Provinsi Sumatera Selatan, hingga tahun 2014 terdapat 359 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Dari jumlah tersebut, terdapat 31 pelaku usaha yang tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Sedangkan data Direktorat Jenderal Pajak (April 2014) meyebutkan, dari 241 wajib pajak , hanya 18 diantaranya yang melakukan pelaporan penghitungan pajak (pelaporan SPT).

Sama halnya dengan keluarnya perizinan di IUPHHK-HTI, di sector pertambangan izin izin tersebut terbanyak keluar pada tahun 2009 – 2010 , dimana masa tersebut menjadi tahun politik karena berbarengan dengan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada. tercatat total 290  IUP (81 % dari total IUP yang ada) dikeluarkan dalam 2 tahun tersebut. 140 IUP dikeluarkan pada tahun 2009 dan 150  IUP dikeluarkan pada tahun 2010. Hal ini menguatkan indikasi bahwa izin-izin tersebut menjadi alat transaksi politik dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada.

Ada 2 Modus transaksi SDA sebagai Mesin uang untuk calon kepala daerah ungkap Hadi Jatmiko di sela konferensi pers berlangsung.

Pertama pemberian izin menjelang pemilu atau pilkada, hal ini banyak dilakukan oleh calon kepala daerah Incumbent karena calon memiliki kuasa untuk mengeluarkan izin, sedangkan modus kedua adalah Pemberian izin setelah Pemilu dan Pilkada, biasanya ini dilakukan oleh kepala daerah yang berasal bukan dari Incumbent.

“Modus yang kedua ini biasanya sering disebut sebagai bentuk hadiah atau tanda terima kasih dari Kepala daerah kepada pengusaha atas bantuan pinjaman modal ketika masa kampanye Pilkada dan pemilu berlangsung” kata Hadi jatmiko menambahkan

Untuk mencegah terjadinya transaksional tersebut maka diperlukan  peran serta aktif masyarakat untuk mengawasi setiap izin izin yang keluar di Sumsel saat ini, di sisi lain pemerintah diharapkan lebih terbuka atas informasi di sector Sumber daya alam dan perizinan yang di miliki. Salah satunya menjalankan mandate Undang Undang No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik.

Selain itu dalam dokumen keterangan pers dua lembaga ini juga menyebutkan meminta pemerintah sumatera selatan untuk menghentikan obral izin dan menjadikan Sumber daya alam sebagai alat transaksi politik kekuasaan di sumatera selatan,serta segera mencabut izin izin perusahaan yang bermasalah.

“KPK dan Aparat penegak Hukum harus segera melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan Pelaku Kejahatan Hutan dan Lingkungan Hidup serta mengawasi menyelidiki setiap pemberian izin di daerah” ungkap Direktur Walhi Sumsel Hadi jatmiko.

Ketimpangan Penguasaan lahan

Sumatera selatan memiliki luas 8,702,741 Hektar dengan jumlah penduduk mencapai 7,593,425 jiwa (BPS 2011) namun dalam penguasaan ruang dan lahan, didominasi oleh Perusahaan di sector Tambang, Hutan Tanaman dan Perkebunan.

Luas pertambangan sumatera selatan adalah seluas 2,7 juta hektar yang tersebar di sedikitnya 8 kabupaten yang ada di sumatera selatan dengan jumlah izin terbanyak adalah di Kabupaten Musi Banyuasin, sedangkan untuk luas Hutan Tanaman Industri seluas 1,375,312 hektar ditambah dengan HPH 56.000 Ha, Restorasi Ekologi 52.170 Ha dan Jasa Lingkungan 22.280 Ha sehingga jumlah totalnya jika di persentasekan adalah 65 persen dari luas Hutan Produksi sumatera selatan  yang berada di 7 kabupaten. (Walhi sumsel,2013)

Untuk luasan perkebunan kelapa sawit  mencapai 1 juta hektar yang menyebar rata di hampir setiap kabupaten di sumater selatan.

Dari ketiga sektor tersebut maka luas lahan sumatera selatan yang dikuasai beberapa perusahaan yang dimiliki beberapa gelintir orang tersebut adalah 5.205.762 Hektar. Artinya luas lahan yang tersisa untuk sekitar 7 juta jiwa masyarakat sumatera selatan adalah 3.496.979 Hektar yang didalamnya termasuk kawasan hutan yang tidak di bebani izin yaitu Hutan konservasi, hutan lindung dan Hutan Produksi.

Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan lahan ini memicu terjadinya konflik agrarian yang tidak berkesudahan, berdasarkan data Walhi Sumsel pada tahun 2013 tercatat sekitar 35 Konflik agrarian antara masyarakat dengan perkebunan, Tambang dan Kawasan Hutan. Serta setidaknya selama tahun 2012 -2013 ada 70 orang terdiri dari petani, aktifis dan masyarakat local di kriminalisasi karena membela dan mempertahan lahan dan lingkungan hidupnya.

Seperti kasus kriminalisasi terhadap M.Nur Jakfar (73 th) beserta 5 orang masyarakat adat marga tungkal dan dawas lainnya, yang pada kamis (28/8) kemarin mulai menjalankan persidangan pertamanya walaupun sidang yang dipimpin oleh ketua majelis hakim yang juga merupakan Wakil ketua Pengadilan Albertina HO,SH,MH. ditunda karena mendadak harus berangkat ke Banjarmasin karena urusan Dinas.

Pada Dokumen tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) ke enam orang ini dituduh melakukan perambahan di dalam kawasan SM Dangku dan melanggar UU No 18 /13 tentang Pencegahan dan pemberantasan perusakan kawasan Hutan (UP3H). Tuduhan ini mendapat perlawanan dari Organisasi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) melalui ketua AMAN Sumsel Rustandi Ardiansyah karena menurutnya  Kawasan yang diklaim oleh BKSDA sebagai kawasan hutan Suaka Marga, adalah Lahan Milik Masyarakat Adat yang dirampas secara paksa oleh Kementerian Kehutanan pada tahun 1980-an.