Minggu, 24 Oktober 2010

Soeharto, Aku dan Kalian (Bukan) Pahlawan


Ribut Ribut soal Pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto pada moment puncak peringatan hari pahlawan yang jatuh pada 10 november nanti, sepertinya semakin ramai di perbincangkan kembali, setidaknya sejak meninggalnya Soeharto beberapa waktu yang lalu (1000 hari belakang) persoalan ini sempat hilang dari peredaran dan kini muncul lagi tanpa aku ketahui siapa yang memunculkannya kembali, Ada yang tahukah?

Sekilas mendengar Perbincangan dan membaca beberapa pendapat atau tulisan dari kelompok Pro dan kontra pemberian gelar tersebut, ada dua hal yang saya tangkap. Untuk kelompok Pro pemberian gelar pahlawan alas an mereka adalah karena pertimbangan Jasa Soeharto dalam mewujudkan pembangunan (membangun) Indonesia sehingga bisa seperti saat ini,dimana gedung gedung tinggi pencakar langit menghiasi Ibukota Jakarta dan kota kota lainnya di Indonesia.

Untuk kelompok yang kontra terhadap pemberian gelar, berpendapat bahwa, Soeharto adalah Penjahat kemanusian dan penjual Kekayaan,Harkat dan martabat bangsa dan Negara sehingga jika Soeharto diberi gelar pahlawan maka sama saja dengan melakukan pengkhianatan dan penghinaan bagi para Korban keganasan Orba (Penculikan, Pembunuhan, Perampasan, Pembungkaman) serta sederet Persoalan lainnya, yang menghantarkan Indonesia semakin terpuruk karena dijualnya seluruh SDA Indonesia ke Negara asing, serta beban tanggungan hutang hutang luar Negeri yang dibuatnya, yang semua hutang tersebut walaupun terus dibayar tidak akan pernah habis (lunas) sampai dengan Kiamat datang nanti (Jika kiamatnya 100 tahun lagi kalo lebih ya mungkin bias juga dilunasi..hehe).

Melihat dua hal tersebut maka jika alasan banyak orang yang setuju atas diberinya gelar pahlawan bagi Soeharto, hanya seperti yang ada diatas. maka ada baiknya aku memilih sikap untuk menolak Pemberian gelar kepada SOEHARTO , karena menurut ku, siapapun kita pasti akan bisa melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Soeharto (yang akan menjadi pahlawan) yaitu melakukan Pembangunan , selama uang dan kekuasaan kalian miliki dan kalian pegang secara “TOTAL”.

Pahlawan bukanlah seperti apa yang di Praktekan atau yang oleh Soeharto lakukan terhadap bangsa dan Negara ini karena PAHLAWAN adalah …???

Gubernur Sumsel tidak tanggapi Somasi WALHI


*Wujud Pemimpin arogan dan Anti kritik

Gubernur Sumsel H. Alex Noerdin ternyata sampai saat ini belum juga menanggapi Somasi yang di tujukan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) kepada dirinya,padahal batas waktu yang diberikan WALHI 3x 24 jam sejak somasi tersebut dilayangkan (19/10) telah habis. Hal ini sesuai dengan ungkapan Direktur WALHI Sumsel Anwar sadat, saat ditemui di kantornya kemarin.

“Sampai saat ini kita belum melihat ada itikad baik dari Gubernur untuk menjawab Somasi kita, padahal Jumat (22/10) adalah batas waktu terakhir yang kita berikan kepada Gubernur agar segera membuat Surat permintaan maaf kepada WALHI melalui media Cetak dan Elektronik di nasional maupun local” ,kata sadat.

Ditambahkan Sadat, atas belum ditanggapinya Somasi ini maka semakin memperlihatkan kepada kita dan masyarakat Sumsel, Wujud asli Gubernur Sumsel H. Alex Noerdin yang arogan,anti kritik dan semakin menguatkan kita bahwa, Gubernur benar melakukan Pelecehan dan penghinaan terhadap 26 Kantor perwakilan WALHI dan 480 Organisasi anggotanya yang tersebar di Indonesia.

“Untuk itu sesuai dengan materi somasi yang kita layangkan kemarin, Jika gubernur tidak segera menjawab somasi tersebut sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan, maka WALHI bersama team Advokatnya segera menindak lanjutinya ke ranah Hukum dengan melaporkan perbuatan Gubernur tersebut ke MABES POLRI.” Ungkap Sadat yang merupakan alumni teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Palembang ini.

Sekedar menginggatkan kembali bahwa Somasi yang dilayangkan WALHI kepada Gubernur Sumsel ini, berangkat dari persoalan yang terjadi pada aksi Peringatan Hari Agraria Nasional (27/09) dimana saat Walhi Sumsel bersama 1.200 Orang petani sedang melakukan aksi, terjadi kericuhan akibat Provokasi yang diduga dilakukan Gubernur Sumsel kepada massa aksi yang menyebabkan Anwar sadat Direktur Walhi Sumsel, Dedek Chaniago dari SHI Sumsel dan Maisani petani dari Kali berau Kabupaten MUBA, mengalami Luka dan memar di sekujur tubuh karena dianiaya dan dipukul oleh orang yang diduga kuat Ajudan dan rombongan gubernur Sumsel. Ditengah kericuhan tersebut Gubernur Sumsel yang berada di tengah massa aksi dengan anada tendesius dan emosi melakukan penghinaan dan pelecehan kepada WALHI dengan mengatakan “Apa sekarang Tindakan WALHI yang membela rakyat”. (Mlx)