Anwar sadat Direktur Walhi Sumsel di Di aniaya Polisi |
Bentrok antara TNI Vs POLRI di sumatera selatan akhirnya terulang lagi, bentrokan
ini berdasarkan informasi di media dimulai dari kedatangan beberapa anggota TNI
ke Polres OKU, Bermaksud untuk menanyakan perkembangan kasus penembakan hingga
tewas yang dilakukan oleh Aparat polisi dari kesatuan Polantas OKU Brigadir
bintara wijaya terhadap Pratu Heru oktavianus dari kesatuan Armed 15/76 pada 27
januari lalu.
Namun mungkin karena jawaban
polisi tidak memuaskan, puluhan anggota TNI itu langsung membakar kantor
Polres. Tidak itu saja, anggota TNI itu juga membakar sejumlah kendaraan yang
terparkir di depan kantor.
Sebenarnya apa yang dialami oleh
rekan rekan dari Pratu heru ini, sudah menjadi pemandangan biasa dan sering
dialami oleh masyarakat, tidak transparan dan plin plannya polisi dalam
memproses hukum terhadap anggota yang melakukan kejahatan sudah sering
dikeluhkan oleh mereka yang sedang mencari keadilan. Tapi apalah daya
masyarakat tidak bisa memprotes seperti apa yang dilakukan oleh anggota TNI
ini.
Ada banyak contoh kasus yang
masih hangat yang dapat kita ambil dari tindakan polisi yang selalu seperti
Pisau ini( tajam kebawah tumpul kedalam dan keatas ini. )
Kasus kematian angga (11 tahun )
Desa Limbang jaya Kabupaten Ogan Ilir,Sumsel pada juli tahun lalu, dia ditembak
oleh Polisi dan Brimob saat menyerang desa limbang jaya pada kasus konflik
Agraria antara Masyarakat dengan PTPN VII.
Pada penyerangan tersebut tidak hanya menyebabkan Angga tewas tapi
puluhan orang mengalami luka luka akibat tembakan polisi dan salah satu
korbannya Rusman harus rela kehilangan satu lengan tangannya.
Akan tetapi apa yang terjadi
dengan para Pelaku penembakan dan penangung jawab penyerangan?? 6 perwira polisi dari kesatuan Polres Ogan
Ilir dan Brimob polda sumsel,hanya dihukum dengan hukuman disiplin berupa
teguran tertulis dan kini salah satu perwira tersebut naik karirnya menjadi
salah satu kapolres di kabupaten di Sumatera selatan. Sedangkan untuk kasus Pidanannya
(pembunuhan) sampai saat ini tidak ada kabar berita.
Tindakan yang dilakukan oleh
Polisi terhadap anggotanya ini tidak
akan menimbulkan efek jera bagi para pelaku sehingga wajar jika tindakan
kekerasan Polisi terhadap rakyat terus meningkat karena bisa saja mereka
berpikir bahwa dengan melindungi perusahaan dan melakukan kekerasan terhadap
rakyat akan mempercepat karier mereka?
Selanjutnya kasus terbaru yang
terjadi pada 29 januari lalu saat aksi damai yang dilakukan oleh petani dan
aktifis di depan markas Polda Sumsel, mereka menuntut Kapolda sumsel memecat
Kapolres Ogan ilir karena bertanggung jawab terhadap kasus kekerasan yang
dialami oleh petani desa betung kabupaten Ogan ilir yang sedang berkonflik
dengan PTPN VII dan kasus tewasnya angga,
serta diamputasinya tangan rusman desa limbang jaya dan parahnya tindak
kekerasan itu diikuti dengan perusakan secara bersama sama oleh Polisi serta
karyawan perusahaan terhadap musolah Azzahra yang didirikan warga di lahan
yang sedang dikonflik.
Dalam aksi damai tersebut terjadi
tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan Polisi terhadap 26 Aktifis Ham
dan Lingkungan Sehingga menyebabkan Anwar sadat yang juga merupakan Direktur
Walhi Sumsel mengalami Pecah kepala dengan 4 jahitan sedangkan aktifis dan
petani lainnya juga mengalami luka parah.
Atas kekerasan yang DILAKUKAN
POLISI terhadap Anwar sadat dan beberapa korban lainnya ini, telah dilaporkan
oleh mereka kepada Kapolda Sumsel namun sampai saat ini, laporan tersebut tidak
diproses oleh Polisi. Malah anwar sadat, dedek caniago dan kamaludin yang
merupakan Pejuang Ham dan lingkungan Hidup ini di pidanakan dengan tuduhan
melakukan perusakan pagar Polda sumsel, penghasutan dan penganiayaan terhadap
polisi.
Praktek praktek yang dilakukan Kepolisian
ini dapat kita samakan seperti Pisau yang tajam kebawah,tumpul kedalam dan
keatas, dan dapat kita temui dimanapun yang semakin kita telusuri akan semakin
banyak kita temukan juga kekecewaan masyarakat, seperti yang dialami oleh para Rekan
Pratu Heru dari kesatuan Armed. Bedanya rekan rekan pratu Heru bisa langsung
meluapkan rasa kecewanya dengan polisi dengan melakukan aksi Pembakaran
terhadap markas Polres OKU saat itu juga,sedangkan masyarakat hanya bisa
mengutuk diikuti dengan doa kepada tuhan agar para pelaku segera di laknat.
Atas hal ini maka ada
baiknya Kejadian di kabupaten OKU ini menjadi pembelajaran oleh kedua
belah Pihak khususnya POLRI untuk membenahi sistem mereka yang selalu
tertutup, sehingga kedepan tidak terjadi lagi di daerah daerah lain.
POLRI harus menjadi SILET yang tidak hanya tajam kebawah tetapi tajam di semua sisi, dan begitupun TNI karena ini belum terlambat Jenderal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar